tetes hujan yang melambai dikaca jendela ia mencari alamat sungai. aku mencari alamat hatimu. kutemukan telaga, sebuah genangan sunyi, tanpa ombak tanpa nyanyi, lalu kutenggelam dalam bening puisi. itulah yang istimewa tentang dirimu, ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu, aku terhanyut disitu, lautan teduh dekapan mu. maka aku menyamar hujan, memelukmu deras, mencium parasmu degan kecup rintik yang tak pernah tuntas.
ditelapak tangan mu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garis garis sungai keberuntunganku, setiap garis adalah makna. membawaku pada muara bernama cinta. aku disitu juga melukis sawah sawah yang menguning dengan jejak hidupku. rerumputan, ilalang, kenangan dan bunga bunga rindu. ari mata dan semesta. hujan dan doa. membentang tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. setiap bintang adalah karunia. setiap titik waktu yang aku petik untuk mu.
aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum dibibirmu. cukup manis walau hanya sebait senyum. kutahu, puisi tak selalu tercipta oleh kata. tapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.
ditelapak tangan mu aku mengembara tanpa berhenti, menyusuri garis garis sungai keberuntunganku, setiap garis adalah makna. membawaku pada muara bernama cinta. aku disitu juga melukis sawah sawah yang menguning dengan jejak hidupku. rerumputan, ilalang, kenangan dan bunga bunga rindu. ari mata dan semesta. hujan dan doa. membentang tenda cahaya tempat kita menghabiskan waktu dan bara. setiap bintang adalah karunia. setiap titik waktu yang aku petik untuk mu.
aku ingin menulis seperti sebaris embun yang kauselipkan pada seliris kuntum dibibirmu. cukup manis walau hanya sebait senyum. kutahu, puisi tak selalu tercipta oleh kata. tapi hanya dengan kata kumampu menceritakan puisi ini padamu.